Dunia olahraga digemparkan oleh
pengakuan pesepeda asal Amerika Serikat, Lance Armstrong, yang
menyatakan pernah mengonsumsi doping. Kegemparan bukan hanya karena ini
menyebabkan tujuh gelar Tour de France Armstrong dicabut, tapi juga
kebohongan yang diciptakannya.
Meski demikian, para pakar menyatakan
bahwa bohong adalah hal alami yang dilakukan semua manusia. Kita,
manusia, bahkan sudah mulai berbohong sejak usia empat tahun. Kebohongan
itu dilakukan manusia beberapa kali dalam sehari.
Menurut Robert Feldman, dekan dari ilmu
sosial dan perilaku dari University of Massachusetts di Amherst, AS,
bohong dilakukan karena manjur. “Kita biasanya lancar berbohong setiap
saat. Biasanya berupa bohong-bohong kecil,” ujar Feldman yang
mencontohkan bohong kecil seperti memuji penampilan seseorang, Senin
(21/1).
Psikolog dan ahli saraf menemukan bahwa
menipu seseorang biasanya menekan mental seseorang. Usaha untuk
menyatukan kejujuran dan kebohongan, membutuhkan usaha otak yang lebih
keras.
Untuk mempertahankan kebohongan selama
tahunan dan menyangkal semua bukti yang berisi kebenaran, membuat
seseorang harus merancang semacam infrastrukstur di sekitarnya. Seiring
berjalannya waktu, hal ini jadi semakin mudah dilakukan.
“Kita memiliki kapasitas luar biasa
untuk meyakinkan diri sendiri bahwa yang kita lakukan adalah bukannya
suatu kebohongan,” ujar Daniel Ariely, penulis buku “The (Honest) Truth
About Dishonesty”.
Fakta lain yang dikemukakan adalah dalam
percakapan selama sepuluh menit antara dua orang asing, 60 persennya
pasti langsung berbohong. Demikian data tambahan yang pernah dirilis
Feldman dalam jurnal Basic and Applied Social Psychology pada tahun 2002 lalu.
Perbedaan lain mengenai berbohong antara
laki-laki dan perempuan adalah kaum Adam biasanya berbohong untuk
membuat diri mereka nyaman. Sebaliknya, kaum Hawa berbohong agar membuat
pasangan bicaranya nyaman.
source