Gallipolis, Ohio, Penularan penyakit kelamin atau penyakit menular seksual (PMS) sangat rentan terjadi pada bintang porno yang kerap bergonta-ganti pasangan dan kebanyakan tidak menggunakan pengaman seperti kondom. Bagaimana cara bintang porno mencegah penularan penyakit seksual?
Dua bintang porno Dylan Ryan dan Danny Wylde baru saja memulai kerja bareng untuk pembuatan film di Los Angeles. Sebelumnya mereka melakukan pertemuan pribadi yang sedikit canggung. Dalam perbincangan kecil selama satu jam itu mereka berupaya mengenal satu sama lain.
"Ketika saya bekerja dengan mitra yang baru, saya sedikit gugup karena saya tidak tahu apakah mereka akan seperti saya, tertarik atau tidak tertarik padaku. Ini semacam situasi kencan pertama," kata Ryan.
Ada beberapa kecemasan dari bintang porno ketika mendapat rekan kerja baru. Satu hal yang biasanya dicemaskan yaitu mendapatkan penyakit menular seksual dari rekan kerja barunya, karena itu keduanya telah menjalani tes PMS setidaknya sebulan sekali.
"Sebelum Anda 'bekerja', Anda harus melihat hasil tes orang lain. Atau kadang-kadang di lokasi (syuting), sebelum mulai mereka harus menunjukkan hasil tes di atas kertas," jelas Wylde.
"Tes PMS (penyakit menular seksual) adalah ide yang baik bagi siapa saja yang berhubungan seks dengan pasangan baru, bahkan jika Anda bukan bintang porno sekalipun. Saya pikir ini benar-benar bekerja," jelas Dr Craig Strafford, direktur penelitian klinis di Holzer Clinic di Gallipolis, Ohio, seperti dilansir CNN, Senin (23/5/2011).
Menurut Sixto Pacheco, presiden dan CEO Talent Testing Service, yang melakukan tes PMS (penyakit menular seksual) untuk pemain film dewasa, bintang porno secara rutin melakukan tes untuk HIV, klamidia dan gonore.
Selain itu, beberapa pemain memilih untuk tes panel tambahan seperti hepatitis B, hepatitis C dan sifilis.
Ryan dan Wylde mengaku melakukan tes PMS (penyakit menular seksual) rutin saat bekerja sama. Ryan mengatakan dalam delapan tahun sebagai bintang pemain dewasa, yang memiliki sekitar lima pasangan seksual profesional dalam sebulan, dia belum pernah menderita penyakit menular seksual.
Ryan mengaku ketika berhubungan seks dengan laki-laki di luar pekerjaan dia selalu menggunakan kondom. Namun berbeda dengan Ryan, Wylde mengatakan sekitar sekali setahun ia datang ke dokter dengan kasus klamidia atau gonore.
Meski pengujian PMS tidak mudah, ini akan menurukan risiko terkena infeksi PMS. Menggabungkan antara penggunaan kondom dan rutin melakukan tes PMS akan lebih baik lagi.
Tes HIV termasuk sangat rumit, karena mungkin akan menunjukkan hasil yang negatif ketika sampel diambil terlalu cepat setelah seseorang terkena HIV.
Hal ini karena kebanyakan orang tidak menghasilkan cukup antibodi untuk dideteksi sampai sekitar satu bulan setelah terinfeksi. Beberapa orang memakan waktu tiga bulan atau lebih untuk dapat mendeteksi antibodi tersebut.
"Saya memikirkan hal ini (tes PMS) sepanjang waktu. Ini risiko terbesar dalam industri ini dan saya pikir ini adalah satu hal yang memberi saya kenyamanan. Kenyamanan kecil adalah bahwa orang yang bekerja dengan saya memiliki praktik-praktik seks sangat kuat dan lebih aman, karena apa yang mereka lakukan adalah untuk hidup," jelas Ryan.
Sedangkan Wylde mengatakan dia tidak terlalu khawatir tertular HIV karena ia hanya berhubungan seks dengan wanita (heteroseksual), tetapi ia tahu bahwa ia tetap memiliki minimal risiko kecil.
"Ada risiko dalam banyak pekerjaan, misalnya atlet profesional pun memiliki risiko. Ketika memulai hubungan yang baru, banyak orang ingin tahu penyakit apa yang mereka harus uji. Ini pertanyaan yang sangat umum, baik laki-laki dan perempuan," kata Strafford.
Baik CDC (Centers for Disease Control and Prevention) maupun American Social Health Association memiliki daftar penyakit menular seksual yang sebaiknya dites bila seseorang berhubungan seks untuk pertama kalinya.
Namun setelah diskusi dengan berbagai ahli PMS, berikut beberapa daftar tes penyakit menular seksual yang banyak disarankan dokter:
1. Klamidia
Biasanya pengujian dilakukan dengan sampel urine. Klamidia adalah PMS yang disebabkan bakteri. Komplikasi jarang terjadi, tetapi pada wanita bisa menyebabkan nyeri panggul kronis, infertilitas dan kehamilan ektopik. Penyakit ini dapat dengan mudah diobati dan disembuhkan dengan antibiotik.
2. Gonore (kencing nanah)
Pengujian gonore juga dilakukan dengan tes urine. Beberapa pria tidak memiliki gejala gonore, tetapa ada yang mengalami gejala seperti sakit saat buang air kecil atau bau tang sedap pada penis.
Antibiotik bisa mengobati penyakit, tetapi jika tidak ditangani gonore dapat mengakibatkan kemandulan pada pria dan wanita dan dapat mengancam jiwa jika menyebar ke darah atau sendi.
3. Sipilis
Diagnosa sipilis dilakukan dengan tes darah. Penyakit ini mudah diobati pada tahap awal, tetapi jika tidak ditangani dapat menyebabkan kebutaan atau bahkan kematian.
4. Hepatitis A dan B
"Pria yang berhubungan seks dengan pria (homoseksual) harus berbicara dengan dokter untuk mendapatkan pengujian untuk hepatitis A dan B, dan juga harus divaksinasi terhadap penyakit," kata Dr Hunter Handsfield, seorang profesor klinis kedokteran di University of Washington Center for AIDS and STD.
5. HIV
Orang dapat positif HIV selama selama beberapa minggu atau bulan sebelum hasil tes darah menunjukkan hasil positif