Selama bekerja sebagai freelancer di salah satu proyek di Kupang, saya kerap merasa heran dengan apa yang dilakukan oleh Ketua Tim saya. Meski beliau adalah seorang insinyur bertitel CES dari Perancis di bidang hidrologi dan hiraulika, tapi kemana-mana selalu menenteng buku dasar-dasar hidrologi edisi lama. Hmm, bukankah seharusnya ilmu-ilmu dasar sudah tak jadi masalah dan sudah pasti rumus-rumus dan formula tentang rekayasa itu telah melekat di otaknya?
Saya makin heran ketika mendengar jawaban beliau ketika saya menanyakan hal tersebut. Apa jawabnya? Untuk bahan belajar.
Beliau kemudian bercerita, bahwa ilmu di dunia ini, termasuk bidang hidrologi dan hidrolika, akan terus berkembang. Akan banyak software-software baru bermunculan tuk mempermudah kalkulasi, rumus-rumus baru tuk menghasilkan pendekatan perhitungan yang lebih cepat dan akurat, dan tentu saja itu tak akan bisa diikuti tanpa menyimak kembali dasar-dasarnya.
Hal ini membuat saya berfikir…
Apakah ini yang dinamakan dengan spirit of learning?
Di lain kesempatan, di tenggat waktu yang tak begitu lama, saya menerima pesan singkat dari seorang teman di lain pulau yang lama sekali tak bertemu. Awalnya isi pesan singkat saja, hanya menanyakan kabar dan pekerjaan. Tapi setelah saling berbalas SMS, saya langsung mengetahui bahwa teman saya ini sangat butuh motivasi.
Pekerjaan yang ia jalani sekarang jauh dari harapan dan keluar track dari bidang studi yang ia tempuh saat kuliah dulu. Ia menginginkan perubahan, sekaligus memutuskan bahwa jika keadaan tak berubah, ia akan kembali ke desa dan hidup bersama kembali dengan kedua orang tuanya.
SMS berlanjut, dan ketika saya menanyakan hal apa yang sedang dilakukannya sekarang untuk merubah keadaan, ia hanya membalas: tak ada. Ia lalu menceritakan bagaimana semua lamaran kerjanya ditolak, email-email lamaran yang dikirimnya belum jua ada kepastian balasan, dan ia memilih untuk menunggu lowongan berikutnya sembari melakukan pekerjaan saat ini dengan setengah hati. Singkat cerita, ia sudah kehilangan semangat.
Well, saya kira ini adalah situasi yang ‘sangat berbahaya’, dan saya sempat menyesal karena berhubung ilmu psikologis saya masih dangkal, saat itu tak bisa memberikan pencerahan sedikitpun kecuali kata-kata: tetap semangat ya, semoga nanti ada perubahan.
Padahal, itu sangat bertolak belakang dengan apa yang ingin saya sampaikan di kesempatan kali ini:
Menunggu itu berbahaya bagi yang tak melakukan apapun.
Ya, karena masalahnya, jika kita menunggu sesuatu datang atau seseorang melakukan hal yang kita inginkan, itu sama saja dengan merelakan kontrol hidup kita ke orang lain.
Daripada menunggu dan terus menanti sesuatu yang tak pasti, alangkah baiknya jika kita melakukan sesuatu. Apapun itu. Ada banyak hal yang bisa dilakukan. Kita tak bisa memprediksi bagaimana keadaan kita satu atau dua tahun dari sekarang, tapi kita bisa melakukan sesuatu untuk dilakukan di hari ini.
Jalan-jalan ke toko buku dan baca buku-buku yang bermanfaat. Ambil kursus. Hadiri seminar/perkumpulan. Mulailah ngeblog. Kirim kabar pada teman atau mentor lewat email. Kunjungi sahabat yang lama tak bersua. Apapun.
Dengan melakukan sesuatu, kita memegang kontrol hidup sepenuhnya, dan memastikan bahwa tak ada satu hari pun yang terlewat untuk belajar. Masih ingat cerita Ketua Tim sebelumnya kan? Ya, bahkan seseorang yang dianggap sudah mahir pada suatu bidang pun masih mau berfikir bagaimana caranya agar pekerjaan yang dilakukannya bisa lebih baik lagi, dan memastikan bahwa segala sesuatunya berjalan sesuai track.
Tapi tentu saja..
Karena pada akhirnya akan kembali pada pertanyaan: sudahkah kita mempelajari sesuatu hal yang baru di hari ini, kawan?
sumber
Saya makin heran ketika mendengar jawaban beliau ketika saya menanyakan hal tersebut. Apa jawabnya? Untuk bahan belajar.
Beliau kemudian bercerita, bahwa ilmu di dunia ini, termasuk bidang hidrologi dan hidrolika, akan terus berkembang. Akan banyak software-software baru bermunculan tuk mempermudah kalkulasi, rumus-rumus baru tuk menghasilkan pendekatan perhitungan yang lebih cepat dan akurat, dan tentu saja itu tak akan bisa diikuti tanpa menyimak kembali dasar-dasarnya.
Hal ini membuat saya berfikir…
Apakah ini yang dinamakan dengan spirit of learning?
Di lain kesempatan, di tenggat waktu yang tak begitu lama, saya menerima pesan singkat dari seorang teman di lain pulau yang lama sekali tak bertemu. Awalnya isi pesan singkat saja, hanya menanyakan kabar dan pekerjaan. Tapi setelah saling berbalas SMS, saya langsung mengetahui bahwa teman saya ini sangat butuh motivasi.
Pekerjaan yang ia jalani sekarang jauh dari harapan dan keluar track dari bidang studi yang ia tempuh saat kuliah dulu. Ia menginginkan perubahan, sekaligus memutuskan bahwa jika keadaan tak berubah, ia akan kembali ke desa dan hidup bersama kembali dengan kedua orang tuanya.
SMS berlanjut, dan ketika saya menanyakan hal apa yang sedang dilakukannya sekarang untuk merubah keadaan, ia hanya membalas: tak ada. Ia lalu menceritakan bagaimana semua lamaran kerjanya ditolak, email-email lamaran yang dikirimnya belum jua ada kepastian balasan, dan ia memilih untuk menunggu lowongan berikutnya sembari melakukan pekerjaan saat ini dengan setengah hati. Singkat cerita, ia sudah kehilangan semangat.
Well, saya kira ini adalah situasi yang ‘sangat berbahaya’, dan saya sempat menyesal karena berhubung ilmu psikologis saya masih dangkal, saat itu tak bisa memberikan pencerahan sedikitpun kecuali kata-kata: tetap semangat ya, semoga nanti ada perubahan.
Padahal, itu sangat bertolak belakang dengan apa yang ingin saya sampaikan di kesempatan kali ini:
Menunggu itu berbahaya bagi yang tak melakukan apapun.
Ya, karena masalahnya, jika kita menunggu sesuatu datang atau seseorang melakukan hal yang kita inginkan, itu sama saja dengan merelakan kontrol hidup kita ke orang lain.
Daripada menunggu dan terus menanti sesuatu yang tak pasti, alangkah baiknya jika kita melakukan sesuatu. Apapun itu. Ada banyak hal yang bisa dilakukan. Kita tak bisa memprediksi bagaimana keadaan kita satu atau dua tahun dari sekarang, tapi kita bisa melakukan sesuatu untuk dilakukan di hari ini.
Jalan-jalan ke toko buku dan baca buku-buku yang bermanfaat. Ambil kursus. Hadiri seminar/perkumpulan. Mulailah ngeblog. Kirim kabar pada teman atau mentor lewat email. Kunjungi sahabat yang lama tak bersua. Apapun.
Dengan melakukan sesuatu, kita memegang kontrol hidup sepenuhnya, dan memastikan bahwa tak ada satu hari pun yang terlewat untuk belajar. Masih ingat cerita Ketua Tim sebelumnya kan? Ya, bahkan seseorang yang dianggap sudah mahir pada suatu bidang pun masih mau berfikir bagaimana caranya agar pekerjaan yang dilakukannya bisa lebih baik lagi, dan memastikan bahwa segala sesuatunya berjalan sesuai track.
Tapi tentu saja..
A theory is something nobody believes, except the person who made it. An experiment is something everybody believes, except the person who made it. (Einstein)Teori tetaplah teori. Jadi abaikan saja isi artikel ini jika memang tak ada sesuatu yang bisa diambil hikmahnya.
Karena pada akhirnya akan kembali pada pertanyaan: sudahkah kita mempelajari sesuatu hal yang baru di hari ini, kawan?
sumber