Pin It

Apa Benar Banyak Membaca Bisa Bikin Malas Mikir?

Any man who reads too much and uses his own brain too little falls into lazy habits of thinking, just as the man who spends too much time in the theater is tempted to be content with living vicariously instead of living his own life.
Petikan kata-kata dari Albert Einstein itu kontan membuat saya merinding, terutama kalimat pendahulunya: Any man who reads too much and uses his own brain too little falls into lazy habits of thinking.
Sebagai seorang penikmat buku, sindiran itu serasa layaknya hook kiri Oscar de la Hoya yang mendarat telak di hidung yang tak mancung ini, namun sekaligus juga sukses memancing keingintahuan saya: apakah memang benar begitu?
Rajin Membaca, Malas Berfikir

Ya, bila kita menyempatkan diri tuk jalan-jalan ke toko buku atau pameran buku, pasti – jika ada uang lebih – ingin sekali membeli setiap buku yang disukai. Seperti harimau lapar yang berjalan di samping rusa-rusa muda yang tergolek pasrah, kita akan dengan sukacita memasukkan buku-buku itu ke dalam keranjang belanjaan. Pluk, pluk. Tak terasa lima buku lewat dengan mulus di mesin kasir, dan kita pun pulang ke rumah masing-masing dengan langkah riang.
Selanjutnya, adegan ironi ala sinetron pun berulang: waduh, buku mana dulu ya yang dibaca? Itu satu. Setelah satu buku habis dibaca: ah, buku yang lain nanti saja kalau ada waktu. Dan belum genap sebulan, kita lewat lagi di toko buku yang sama dan melakukan peran persis seperti harimau yang kelaparan tempo hari.
Duh duh, seandainya saja saat kita membeli buku, kita juga bisa membeli waktu untuk membacanya ya? :)
Lalu kenapa kita terus diharuskan untuk membaca buku?
Karena – yah bagaimana lagi? – buku adalah pemicu kreativitas yang paling bermutu. Coba saja search di Google dengan kata kunci ‘manfaat membaca’, sebagian besar pasti berhubungan dengan bagaimana kita akan terasah dalam hal pola fikir, bahkan banyak yang berpendapat dengan membaca buku akan berpengaruh pada tingkar kesehatan seseorang. Saya fikir sih, kesehatan jiwa kali ya? Ya, membaca buku juga bisa dibilang sebagai bentuk rekreasi yang lebih asyik ketimbang kita menghibur diri menonton acara televisi, yang alih-alih berekreasi, yang ada malah jadi emosi dan ujug-ujug diperkenalkan dengan berbagai bentuk siluman *hiii*
Dan kembali ke sindiran Einstein tadi, setidaknya ini adalah hal yang wajar. Logika paling sederhana: jika terlalu banyak membaca buku, berarti terlalu banyak rekreasi dong. Lha, terus kapan mengaplikasikan teori-teori yang dibaca? Kapan mengekseskusi tips-tips yang sudah banyak ditelan? Kapan melakukan ini-itu?
Einstein tentunya mengucapkan kalimat tersebut tanpa alasan. Sebagai pribadi yang mengagungkan imajinasi dan penerapan ilmu praktis, beliau pasti ingin mengajak kita untuk lebih cerdas menggunakan syaraf-syaraf otak yang berfungi untuk melakukan aksi lanjutan (output) selain juga tetap aktif mengolah informasi yang masuk (input).
Masalahnya, mungkin kita terlalu malas untuk berfikir, dan bisa jadi masih terbawa budaya dan cara pengajaran di sekolah kita yang selalu menunggu untuk dicekoki ilmu, menunggu diberi tugas, menunggu diberi PR, dan secara tak sadar membentuk pola fikir: ooh begini toh caranya agar terus bisa naik kelas.
Nah, lalu bagaimana seharusnya?
Satu kata: beraksilah! Berbuatlah sesuatu. Jika kita banyak membaca ebook-ebook tentang ngeblog yang efektif, ilmu itu tak kan ada pengaruhnya kalau kita masih saja mengeluh tentang ketidakadaan ide dan terlalu berfikir jauh hingga akhirnya hanya stuck di depan dashboard blog yang kosong.
Buku, ebook atau bacaan-bacaan lainnya hanyalah pemantik motivasi, yang sebenarnya motivasi itu sudah ada di diri kita (baca buku You Are The Best Motivator jika perlu). Dengan membaca buku, ibaratnya kita tengah mengumpulkan kayu bakar untuk membuat api unggun dan memasak sesuatu. Apa jadinya kalau api unggunnya sudah panas tapi kita hanya melongo tanpa memasak apapun? Sudah pasti perut tetap lapar. Masa iya kita lantas berfikir dengan menambah kayu bakarnya lagi, perut kita akan kenyang seketika? Non sense, kan?
That’s the point.
Banyak membaca buku bukan berarti menjadikan kita malas berfikir. Sebaliknya, banyak membaca buku seharusnya menjadikan kita makin aktif berfikir untuk melakukan sesuatu. Jika dalam proses melakukan sesuatu itu perlu tambahan energi, baru kita perbanyak lagi membaca buku-buku yang lain. Perbanyak referensi. Perbanyak masukan positif. Panasi kembali api unggun kita agar proses memasak makin kreatif, lancar bin maknyus.
Yah, sekedar memotivasi diri juga sih :)

sumber

WISDOM

“Jikalau anda harus bekerja, maka bekerjalah untuk belajar. Jangan bekerja untuk uang.”

- Robert Toru Kiyosaki