Kembang api sudah seperti menjadi menu wajib bagi setiap peringatan hari-hari penting. Gemerlap cahaya kembang api kerap dianggap sebagai simbol kemeriahan, kebahagiaan, atau juga kemenangan. Kembang api menjadi tanda positif bagi kehidupan manusia. Keberadaannya member atmosfer ceria dalam setiap acara penting.
Saat ini, tradisi kembang api berkembang sangat pesat di dunia Barat. Para ahli telah memodifikasi sedemikian rupa sehingga kembang api bisa tampil dalam berbagai bentuk dan warna. Kalau sudah begini, kembang api lantas menjadi lahan bisnis yang memberi banyak keuntungan.
Meski berkembang di Barat, kembang api sebenarnya berasal dari daratan Cina. Situs theoriginof.com menulis bahwa kembang api mulai dikenal pada awal abad pertama masehi. Tidak ada nama tertentu yang disebut sebagai penemunya. Saat itu, masyarakat Cina membuat kembang api dengan mencampur arang dengan belerang lalu dimasukkan bamboo. Setelah dibakar, terjadi ledakan dan semburan api. Dari sinilah cerita penemuan kembang api dan petasan bermula.
Walaupun tidak ada bukti jelas tentang manusia penemu kembang api, masyarakat Cina punya kebiasaan untuk merayakan hari penghormatan kepada Biksu Li Tian. Tradisi ini dilangsungkan setiap tanggal 18 April. Warga Cina mempercayai bahwa Li Tian merupakan tokoh penting dalam penemuan kembang api.
Versi lain tentang asal mula kembang api menyebutkan bahwa ‘makhluk’ tersebut ditemukan oleh bangsa India. Di wilayah ini memang tradisi penggunaan petasan dan kembang api sangat hidup untuk memeriahkan upacara pernikahan, acara keagamaan, upacara adat, dan sebagainya. Namun hingga kini Cina masih dikenal sebagai produsen utama kembang api. Wilayah Liu Yang menjadi pusat produksi kembang api di Cina.
Tak berapa lama setelah digunakan secara massif di Cina dan India, kembang api juga digandungi masyarakat Inggris. Pada masa kekuasaan Ratu Elizabeth I, kembang api banyak digunakan dalam upacara kerajaan. Sang ratu menyebut Raja James II sebagai raja kembang api.
Meski menawarkan gemerlap, penggunaan kembang api juga menyimpan bahaya. Tragedi terbesar dalam sejarah penggunaan kembang api terjadi pada upacara pernikahan Raja Louis XVI dengan Antoinette pada 16 Mei 1770. Ledakan kembang api yang tak terkendali menjadikan sekitar 800 orang tewas.
Saat ini, produksi dan distribusi kembang api telah melahirkan keterampilan baru bernama pyrotechnics. Keahlian ini merupakan gabungan dari pelajaran kimia dan fisika. Teknik ini dipelajari untuk menjadikan produksi dan distribusi kembang api menjadi tidak membahayakan manusia. Pyrotechnics Guild International Inc menjadi salah satu lembaga terkemuka yang menyelenggarakan kursus memproduksi dan mendistribusikan kembang api secara aman.