Pin It

Tak Cukup Kata "Maaf " Atas Pembakaran Al-Qur'an

Protes pembakaran Quran di Afganistan (REUTERS/Mohammad Ismail)

-- Bagi ulama Afganistan, pembakaran kitab suci agama Islam, Al Quran, oleh pasukan Amerika Serikat di sebuah penjara di negeri itu tak cukup diselesaikan dengan kata "maaf". Meski itu terlontar dari orang nomor satu di AS, Presiden Barack Obama.

Dewan ulama paling berpengaruh di Afganistan meminta,  pasukan asing menyerahkan kontrol atas penjara kepada pemerintah setempat.

Dalam pernyataan yang dirilis melalui kantor Presiden, Hamid Karzai, Dewan Ulama mengatakan bahwa insiden tersebut terjadi karena adanya 'manajemen ilegal' dari pihak penjara.

"Para wakil dari Dewan Ulama juga mengatakan bahwa tindakan ini tak bisa dimaafkan dan tidak manusiawi dari pasukan Amerika di kota Bagram. Ini adalah sesuatu yang tidak dapat diampuni dan permintaan maaf tidaklah cukup," demikian isi pernyataan tersebut, seperti dimuat CNN. "Para penjahat yang melakukan tindakan ini harus dituntut dan dihukum secepat mungkin."

Al Quran yang dibakar adalah bagian materi keagamaan yang disita dari fasilitas tahanan di pangkalan udara Bagram pekan lalu. Presiden Amerika Serikat, Barack Obama telah meminta maaf kepada Hamid Karzai. Ia mengatakan bahwa pembakaran yang disengaja tersebut adalah suatu kesalahan tentaranya.

Pihak militer AS sebelumnya telah menyampaikan alasan pembakaran tersebut. Yakni, material keagamaan yang disita diduga memuat "pesan ekstrem" atau digunakan sebagai media komunikasi para ekstremis.

Kehebohan atas pembakaran memicu serangkaian protes dan serangan yang menewaskan sedikitnya 39 orang, termasuk 4 orang tentara Amerika dan ratusan lainnya terluka.

Seorang pria mengenakan seragam Tentara Nasional Afganistan membunuh 2 tentara Amerika pekan lalu di pangkalan di timur Afghanistan. Sementara, Akhir pekan lalu, dua perwira senior Amerika ditembak mati di dalam kantor Kementrian Dalam Negeri Afganistan.

Sebuah bom bunuh diri terjadi pada Senin di lapangan udara militer di timur Afganistan, yang menewaskan sembilan orang dan 12 orang terluka, ungkap polisi Afganistan.

Kemudian, di sisi utara propinsi Kunduz, demonstran menyerang kantor kepala polisi dan pangkalan militer Amerika, dan beberapa orang melempar granat tangan, dan melukai tujuh pasukan Amerika.

Demonstrasi yang dilakukan di luar kantor PBB di Kunduz, pada Sabtu menyebabkan empat warga sipil tewas dan memaksa PBB untuk merelokasi para staf internasionalnya.

Taliban juga mengklaim telah meracuni pasokan makanan di markas operasi Torkham, berdekatan dengan perbatasan Afganistan dengan Pakistan, sebagai balas dendam atas pembakaran Al Quran.

Serangan ini telah memberikan tekanan dan menegangnya hubungan Amerika-Afganistan pada saat Amerika telah bekerja untuk mengurangi jumlah pasukannya dan melakukan transisi keamanan pada 2014.

vivaNews

WISDOM

“Jikalau anda harus bekerja, maka bekerjalah untuk belajar. Jangan bekerja untuk uang.”

- Robert Toru Kiyosaki