Dalam hidup ini berlaku hukum "tabungan". Apa yang kita lakukan menjadi
tabungan di masa mendatang. Apa yang kita tabung sedikit demi sedikit akan
terasa hasilnya bertahun-tahun kemudian. Begitu pun dengan penyakit. Mulai
dari segelas minuman favorit hingga suka menonton TV hingga larut. Siapa
nyangka kalau itu bisa meningkatkan risiko diabetes?
1. Teh manis
Penjelasannya sederhana. Tingginya asupan gula menyebabkan kadar gula darah
melonjak tinggi. Belum risiko kelebihan kalori. Segelas teh manis kira-kira
mengandung 250-300 kalori (tergantung kepekatan). Kebutuhan kalori wanita
dewasa rata-rata adalah 1.900 kalori per hari (tergantung aktivitas). Dari
teh manis saja kita sudah dapat 1.000-1.200 kalori. Belum ditambah tiga
kali makan nasi beserta lauk pauk. Patut diduga kalau setiap hari kita
kelebihan kalori. Ujungnya: obesitas dan diabetes.
Pengganti: Air putih, teh tanpa gula, atau batasi konsumsi gula tidak lebih
dari dua sendok teh sehari.
2. Gorengan
Karena bentuknya kecil, satu gorengan tidak cukup buat kita. Padahal
gorengan adalah salah satu faktor risiko tinggi pemicu penyakit
degeneratif, seperti kardiovaskular, diabetes melitus, dan stroke. Penyebab
utama penyakit kardiovaskular (PKV) adalah adanya penyumbatan pembuluh
darah koroner, dengan salah satu faktor risiko utamanya adalah
dislipidemia. Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai
dengan peningkatan kadar kolesterol total, LDL (kolesterol jahat) dan
trigliserida, serta penurunan kadar HDL (kolesterol baik) dalam darah.
Meningkatnya proporsi dislipidemia di masyarakat disebabkan kebiasaan
mengonsumsi berbagai makanan rendah serat dan tinggi lemak, termasuk
gorengan.
Pengganti: Kacang Jepang, atau pie buah.
3. Suka ngemil
Kita mengira dengan membatasi makan siang atau malam bisa menghindarkan
diri dari obesitas dan diabetes. Karena belum kenyang, perut diisi dengan
sepotong atau dua potong camilan seperti biskuit dan keripik kentang.
Padahal, biskuit, keripik kentang, dan kue-kue manis lainnya mengandung
hidrat arang tinggi tanpa kandungan serta pangan yang memadai. Semua
makanan itu digolongkan dalam makanan dengan glikemik indeks tinggi.
Sementara itu, gula dan tepung yang terkandung di dalamnya mempunyai
peranan dalam menaikkan kadar gula dalam darah.
Pengganti: Buah potong segar.
4. Kurang tidur.
Jika kualitas tidur tidak didapat, metabolisme jadi terganggu. Hasil riset
para ahli dari University of Chicago mengungkapkan, kurang tidur selama 3
hari mengakibatkan kemampuan tubuh memproses glukosa menurun drastis.
Artinya, risiko diabetes meningkat. Kurang tidur juga dapat merangsang
sejenis hormon dalam darah yang memicu nafsu makan. Didorong rasa lapar,
penderita gangguan tidur terpicu menyantap makanan berkalori tinggi yang
membuat kadar gula darah naik.
Solusi: Tidur tidak kurang dari 6 jam sehari, atau sebaiknya 8 jam sehari.
5. Malas beraktivitas fisik
Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, kasus diabetes di negara-negara
Asia akan naik hingga 90 persen dalam 20 tahun ke depan. "Dalam 10 tahun
belakangan, jumlah penderita diabetes di Hanoi , Vietnam , berlipat ganda.
Sebabnya? Di kota ini, masyarakatnya lebih memilih naik motor dibanding
bersepeda," kata Dr Gauden Galea, Penasihat WHO untuk Penyakit Tidak
Menular di Kawasan Pasifik Barat.
Kesimpulannya, mereka yang sedikit aktivitas fisik memiliki risiko obesitas
lebih tinggi dibanding mereka yang rajin bersepeda, jalan kaki, atau
aktivitas lainnya.
Solusi: Bersepeda ke kantor.
6. Sering stres
Stres sama seperti banjir, harus dialirkan agar tidak terjadi banjir besar.
Saat stres datang, tubuh akan meningkatkan produksi hormon epinephrine dan
kortisol supaya gula darah naik dan ada cadangan energi untuk beraktivitas.
Tubuh kita memang dirancang sedemikian rupa untuk maksud yang baik. Namun,
kalau gula darah terus dipicu tinggi karena stres berkepanjangan tanpa
jalan keluar, sama saja dengan bunuh diri pelan-pelan.
Solusi: Bicaralah pada orang yang dianggap bermasalah, atau ceritakan pada
sahabat terdekat.
7. Kecanduan rokok
Sebuah penelitian di Amerika yang melibatkan 4.572 relawan pria dan wanita
menemukan bahwa risiko perokok aktif terhadap diabetes naik sebesar 22
persen. Disebutkan pula bahwa naiknya risiko tidak cuma disebabkan oleh
rokok, tetapi kombinasi berbagai gaya hidup tidak sehat, seperti pola makan
dan olahraga.
Pengganti: Permen bebas gula. Cara yang lebih progresif adalah mengikuti
hipnoterapi. Pilihlah ahli hipnoterapi yang sudah berpengalaman dan
bersertifikat resmi.
8. Menggunakan pil kontrasepsi
Kebanyakan pil kontrasepsi terbuat dari kombinasi hormon estrogen dan
progestin, atau progestin saja. Pil kombinasi sering menyebabkan perubahan
kadar gula darah. Menurut dr Dyah Purnamasari S, Sp PD, dari Divisi
Metabolik Endokrinologi RSCM, kerja hormon pil kontrasepsi berlawanan
dengan kerja insulin. Karena kerja insulin dilawan, pankreas dipaksa
bekerja lebih keras untuk memproduksi insulin. Jika terlalu lama dibiarkan,
pankreas menjadi letih dan tidak berfungsi dengan baik.
Solusi: Batasi waktu penggunaan pil-pil hormonal, jangan lebih dari 5
tahun.
9. Takut kulit jadi hitam
Menurut jurnal Diabetes Care, wanita dengan asupan tinggi vitamin D dan
kalsium berisiko paling rendah terkena diabetes tipe 2. Selain dari
makanan, sumber vitamin D terbaik ada di sinar matahari. Dua puluh menit
paparan sinar matahari pagi sudah mencukupi kebutuhan vitamin D selama tiga
hari. Beberapa penelitian terbaru, di antaranya yang diterbitkan oleh
American Journal of Epidemiology, menyebutkan bahwa vitamin D juga membantu
keteraturan metabolisme tubuh, termasuk gula darah.
Solusi: Gunakan krim tabir surya sebelum "berjemur" di bawah sinar matahari
pagi selama 10-15 menit.
10. Keranjingan soda
Dari penelitian yang dilakukan oleh The Nurses' Health Study IIterhadap
51.603 wanita usia 22-44 tahun, ditemukan bahwa peningkatan konsumsi
minuman bersoda membuat berat badan dan risiko diabetes melambung tinggi.
Para peneliti mengatakan, kenaikan risiko itu terjadi karena kandungan
pemanis yang ada dalam minuman bersoda. Selain itu, asupan kalori cair
tidak membuat kita kenyang sehingga terdorong untuk minum lebih banyak.
Pengganti: Jus dingin tanpa gula.*
tabungan di masa mendatang. Apa yang kita tabung sedikit demi sedikit akan
terasa hasilnya bertahun-tahun kemudian. Begitu pun dengan penyakit. Mulai
dari segelas minuman favorit hingga suka menonton TV hingga larut. Siapa
nyangka kalau itu bisa meningkatkan risiko diabetes?
1. Teh manis
Penjelasannya sederhana. Tingginya asupan gula menyebabkan kadar gula darah
melonjak tinggi. Belum risiko kelebihan kalori. Segelas teh manis kira-kira
mengandung 250-300 kalori (tergantung kepekatan). Kebutuhan kalori wanita
dewasa rata-rata adalah 1.900 kalori per hari (tergantung aktivitas). Dari
teh manis saja kita sudah dapat 1.000-1.200 kalori. Belum ditambah tiga
kali makan nasi beserta lauk pauk. Patut diduga kalau setiap hari kita
kelebihan kalori. Ujungnya: obesitas dan diabetes.
Pengganti: Air putih, teh tanpa gula, atau batasi konsumsi gula tidak lebih
dari dua sendok teh sehari.
2. Gorengan
Karena bentuknya kecil, satu gorengan tidak cukup buat kita. Padahal
gorengan adalah salah satu faktor risiko tinggi pemicu penyakit
degeneratif, seperti kardiovaskular, diabetes melitus, dan stroke. Penyebab
utama penyakit kardiovaskular (PKV) adalah adanya penyumbatan pembuluh
darah koroner, dengan salah satu faktor risiko utamanya adalah
dislipidemia. Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai
dengan peningkatan kadar kolesterol total, LDL (kolesterol jahat) dan
trigliserida, serta penurunan kadar HDL (kolesterol baik) dalam darah.
Meningkatnya proporsi dislipidemia di masyarakat disebabkan kebiasaan
mengonsumsi berbagai makanan rendah serat dan tinggi lemak, termasuk
gorengan.
Pengganti: Kacang Jepang, atau pie buah.
3. Suka ngemil
Kita mengira dengan membatasi makan siang atau malam bisa menghindarkan
diri dari obesitas dan diabetes. Karena belum kenyang, perut diisi dengan
sepotong atau dua potong camilan seperti biskuit dan keripik kentang.
Padahal, biskuit, keripik kentang, dan kue-kue manis lainnya mengandung
hidrat arang tinggi tanpa kandungan serta pangan yang memadai. Semua
makanan itu digolongkan dalam makanan dengan glikemik indeks tinggi.
Sementara itu, gula dan tepung yang terkandung di dalamnya mempunyai
peranan dalam menaikkan kadar gula dalam darah.
Pengganti: Buah potong segar.
4. Kurang tidur.
Jika kualitas tidur tidak didapat, metabolisme jadi terganggu. Hasil riset
para ahli dari University of Chicago mengungkapkan, kurang tidur selama 3
hari mengakibatkan kemampuan tubuh memproses glukosa menurun drastis.
Artinya, risiko diabetes meningkat. Kurang tidur juga dapat merangsang
sejenis hormon dalam darah yang memicu nafsu makan. Didorong rasa lapar,
penderita gangguan tidur terpicu menyantap makanan berkalori tinggi yang
membuat kadar gula darah naik.
Solusi: Tidur tidak kurang dari 6 jam sehari, atau sebaiknya 8 jam sehari.
5. Malas beraktivitas fisik
Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, kasus diabetes di negara-negara
Asia akan naik hingga 90 persen dalam 20 tahun ke depan. "Dalam 10 tahun
belakangan, jumlah penderita diabetes di Hanoi , Vietnam , berlipat ganda.
Sebabnya? Di kota ini, masyarakatnya lebih memilih naik motor dibanding
bersepeda," kata Dr Gauden Galea, Penasihat WHO untuk Penyakit Tidak
Menular di Kawasan Pasifik Barat.
Kesimpulannya, mereka yang sedikit aktivitas fisik memiliki risiko obesitas
lebih tinggi dibanding mereka yang rajin bersepeda, jalan kaki, atau
aktivitas lainnya.
Solusi: Bersepeda ke kantor.
6. Sering stres
Stres sama seperti banjir, harus dialirkan agar tidak terjadi banjir besar.
Saat stres datang, tubuh akan meningkatkan produksi hormon epinephrine dan
kortisol supaya gula darah naik dan ada cadangan energi untuk beraktivitas.
Tubuh kita memang dirancang sedemikian rupa untuk maksud yang baik. Namun,
kalau gula darah terus dipicu tinggi karena stres berkepanjangan tanpa
jalan keluar, sama saja dengan bunuh diri pelan-pelan.
Solusi: Bicaralah pada orang yang dianggap bermasalah, atau ceritakan pada
sahabat terdekat.
7. Kecanduan rokok
Sebuah penelitian di Amerika yang melibatkan 4.572 relawan pria dan wanita
menemukan bahwa risiko perokok aktif terhadap diabetes naik sebesar 22
persen. Disebutkan pula bahwa naiknya risiko tidak cuma disebabkan oleh
rokok, tetapi kombinasi berbagai gaya hidup tidak sehat, seperti pola makan
dan olahraga.
Pengganti: Permen bebas gula. Cara yang lebih progresif adalah mengikuti
hipnoterapi. Pilihlah ahli hipnoterapi yang sudah berpengalaman dan
bersertifikat resmi.
8. Menggunakan pil kontrasepsi
Kebanyakan pil kontrasepsi terbuat dari kombinasi hormon estrogen dan
progestin, atau progestin saja. Pil kombinasi sering menyebabkan perubahan
kadar gula darah. Menurut dr Dyah Purnamasari S, Sp PD, dari Divisi
Metabolik Endokrinologi RSCM, kerja hormon pil kontrasepsi berlawanan
dengan kerja insulin. Karena kerja insulin dilawan, pankreas dipaksa
bekerja lebih keras untuk memproduksi insulin. Jika terlalu lama dibiarkan,
pankreas menjadi letih dan tidak berfungsi dengan baik.
Solusi: Batasi waktu penggunaan pil-pil hormonal, jangan lebih dari 5
tahun.
9. Takut kulit jadi hitam
Menurut jurnal Diabetes Care, wanita dengan asupan tinggi vitamin D dan
kalsium berisiko paling rendah terkena diabetes tipe 2. Selain dari
makanan, sumber vitamin D terbaik ada di sinar matahari. Dua puluh menit
paparan sinar matahari pagi sudah mencukupi kebutuhan vitamin D selama tiga
hari. Beberapa penelitian terbaru, di antaranya yang diterbitkan oleh
American Journal of Epidemiology, menyebutkan bahwa vitamin D juga membantu
keteraturan metabolisme tubuh, termasuk gula darah.
Solusi: Gunakan krim tabir surya sebelum "berjemur" di bawah sinar matahari
pagi selama 10-15 menit.
10. Keranjingan soda
Dari penelitian yang dilakukan oleh The Nurses' Health Study IIterhadap
51.603 wanita usia 22-44 tahun, ditemukan bahwa peningkatan konsumsi
minuman bersoda membuat berat badan dan risiko diabetes melambung tinggi.
Para peneliti mengatakan, kenaikan risiko itu terjadi karena kandungan
pemanis yang ada dalam minuman bersoda. Selain itu, asupan kalori cair
tidak membuat kita kenyang sehingga terdorong untuk minum lebih banyak.
Pengganti: Jus dingin tanpa gula.*