Saya sering merasa heran ketika ditanya “Kok berani sih jalan-jalan sendiri?” sebab saya tidak merasa ada yang perlu ditakutkan. Usut punya usut, ternyata “takut” yang dimaksud di sini bukan semata masalah keamanan, tapi juga takut sendirian di tempat asing dan “mati gaya”.
Lagi-lagi, ini mungkin karena rasa kebersamaan orang Indonesia sangat tinggi. Tetapi kita kan nggak bisa selalu menggantungkan diri kepada teman untuk jalan-jalan. Kalau sudah suntuk dan pengin banget jalan-jalan, tapi tidak ada teman, bagaimana dong?
Cukup bekal
Bekal yang dimaksud bukan cuma soal logistik seperti uang, pakaian dan perlengkapan lainnya, tapi bekal informasi tentang tujuan wisata. Jumlah informasi yang Anda punya akan membuat tingkat kepercayaan diri makin tinggi. Mengapa begitu?
Karena seiring banyaknya informasi yang kita ketahui tentang suatu tempat, maka makin familiar kita dengan tempat tersebut sehingga seolah-olah kita merasa tidak asing lagi begitu sampai di tujuan.
Contohnya Anda ke Semarang dengan naik kereta api. Berkat informasi yang sudah Anda kumpulkan sebelumnya, Anda tahu stasiun berada di Kota Lama Semarang. Bahkan mungkin begitu sampai Anda sudah langsung tahu transportasi apa yang akan membawa Anda ke penginapan atau bisa mengenali bangunan tua bersejarah seperti Gereja Blenduk.
Perasaan takut sendirian di tempat asing jadi hilang karena Anda berada di tempat yang sesuai dengan bayangan Anda dan merasa familiar.
Sok tahu
Bahasa tubuh mudah dibaca. Kalau Anda terlihat ragu-ragu dan bingung ketika keluar dari stasiun, bandara, atau terminal bus, kemungkinan besar dalam sekejap Anda akan dikerubungi calo taksi, becak, bus, atau kendaraan umum lainnya. Ditambah lagi orang yang menawarkan hotel dan agen perjalanan ikut membuntuti.
Maka, pasanglah tampang dan sikap sok tahu. Tentunya dengan bekal informasi yang cukup, Anda memang benar-benar tahu mau ke mana. Kalau masih bingung, datangi petugas resmi atau polisi dan tanyakan informasi yang Anda butuhkan. Kondisi ini juga berlaku saat Anda tersasar.
Ketika Anda membuka peta di tengah keramaian dengan bahasa tubuh yang menunjukkan stres, mungkin Anda akan didatangi orang yang berlagak menawarkan bantuan atau malah pencopet.
Asyik sendiri
Kebanyakan orang merasa “mati gaya” saat sendirian karena nggak tahu harus berbuat apa dan tidak ada teman mengobrol. Biasanya, momen “mati gaya” paling banyak adalah saat menunggu dan di perjalanan.
Ada 1001 macam kegiatan yang bisa Anda coba, antara lain: membaca, menulis, merajut, menyulam, mendengarkan musik, sms-an, ngemil dan sebagainya. Ada yang bingung ke pantai sendirian mau apa? Ya berenang lah! Atau kalau Anda tidak suka berenang ya leyeh-leyeh di pantai sambil melakukan 1001 macam kegiatan itu.
Sok akrab
Kalau sikap sok tahu diperlukan untuk menghindarkan Anda dari calo dan pengganggu, sikap sok akrab akan mendatangkan teman. Bagi Anda yang benar-benar tidak tahan sendiri, cobalah mencari teman dalam perjalanan. Bisa sesama pelancong atau orang lokal.
Hanya saja, untuk yang satu ini Anda harus waspada dan dan hati-hati. Jangan asal berkenalan dan memberi banyak informasi kepada sembarang orang. Pilihlah orang yang tepat menurut kata hati Anda. Kalau dia mengajak Anda ke tempat yang Anda rasa berbahaya, segeralah menjauh.
Persiapan bela diri
Last but not least adalah soal bela diri. Bukannya mengharapkan sesuatu yang buruk terjadi, tapi kita toh harus punya persiapan. Paling ideal tentunya menguasai ilmu bela diri. Jika tidak, lengkapi diri dengan alat standar seperti pisau lipat. Selain untuk jaga-jaga, pisau lipat juga diperlukan untuk membuka ini-itu. Tapi ingat, jangan taruh pisau ini di dalam tas kabin pesawat karena akan disita petugas.