Tradisi melempar celana dalam yang sudah dipakai ke atap saat akan menggelar hajatan telah menjadi hal yang turun menurun bagi para pasangan pengantin. Banyak yang percaya, banyak juga yang menggangapnya sebagai lelucon saja.
Tiara Josodirdjo, pemilik event organizer ternama di Indonesia 'Tiara Josodirdjo & Associates', menilai bahwa tradisi tersebut sebagai sesuatu yang bisa dipercaya, namun juga tidak. Menurutnya, banyak orang yang melakukan kegiatan melempar celana dalam tersebut.
"From time to time it works, kemarin wedding director kita diajak oleh ibu yang punya hajat untuk menemani dia melempar celana dalam yang sudah dipakai. Memang terdengar agak geli juga sih. Boleh percaya atau tidak, cuacanya jadi berhenti, tidak mendung lagi," ungkap jelas wanita lulusan Harvard University, Amerika itu, di kantornya yang terletak di Jl. Wijaya 1 No.5, Jakarta.
Tidak hanya mitos mengenai celana dalam saja, Tiara juga ikut menanggapi penggunaan jasa pawang hujan. Baginya, hal tersebut sulit untuk dijelaskan berdasarkan akal pikiran.
"Ada juga yang pakai pawang (hujan) empat orang, tapi tetap saja turun hujan. Hal itu sulit dijelaskan, mungkin dipengaruhi oleh apa yang Anda lakukan pada Tuhan belakangan ini," kata Tiara yang memulai karirnya sebagai event organizer sejak 1990, namun baru menekuninya secara profesional pada tahun 2000 itu.
Selain lempar celana dalam dan pawang hujan, ada pula beberapa mitos lain seputar pernikahan. Beberapa diantaranya, tidak boleh mengenakan mutiara di dalam pesta karena mutiara dipercaya sebagai simbol air mata dan, menangis di upacara pernikahan bisa mendatangkan banyak rejeki.
Tak hanya itu, anggapan bahwa kedua mempelai harus dipingit, juga dipercaya akan menjauhkan keberuntungan. Terakhir, menjantuhkan cincin pernikahan saat akan dipasangkan pada pasangan bisa mengakibatkan pernikahan dipenuhi perselingkuhan dan kebohongan. Percayakah Anda?
sumber