Beberapa waktu lalu, trend memasang behel melanda kaum remaja hingga dewasa. Kawat gigi atau behel dengan berbagai warna karet dan aksesoris pelengkap lainnya kerap terlihat menyembul dari gigi pemakainya.
Biasanya pemakai yang tidak memiliki masalah dengan bentuk susunan gigi itu memakai behel untuk alasan fashion dan gengsi semata.
Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PB PDGI), drg. Zaura Rini Anggraeni MDS berkata,
“Behel sekedar gaya-gayaan itu tidak perlu karena bisa merugikan pemakai sendiri”.Bahayanya adalah, saat tulang yang memegang gigi berubah mengikuti kawat yang mencekat gigi di atasnya, maka gigi bisa jadi goyah. Seperti pagar yang ditekan terus, lama-lama pondasinya akan longgar dan goyah.
Kerugian lainnya adalah dari segi kebersihan. Memakai behel, walau hanya untuk keren-kerenan semata, tetap saja menimbulkan kesulitan dalam membersihkan sisa makanan yang menempel di sela-sela briket dan kawat.
Kuman dan bakteri akan mudah sekali terselip di sela-sela behel dan karetnya, jika tidak rajin memakai obat kumur mulut. Ini bisa menimbulkan masalah kesehatan dan bau mulut.
Proses pemasangan yang asal-asalan, apalagi jika dilakukan oleh orang yang bukan ahlinya, bisa makin memperparah bentuk gigi yang sebenarnya sudah bagus.
Memasang di tukang gigi yang tidak berijin resmi juga sangat diragukan kebersihan alat-alat yang digunakannya. Hal ini bisa meningkatkan resiko penularan penyakit.
Yang perlu diingat, fungsi behel adalah untuk memperbaiki susunan gigi yang tidak rapi, dan juga memperbaiki fungsi kunyah gigi jika bermasalah.
Bukan untuk keren-kerenan saja.
sumber