Pin It

Indonesia dan Dampak Pemanasan Global



Global Warming
Dari beberapa tulisan di internet, banyak yang membicarakan tentang Pemanasan Global, dan saya menemukan beberapa statement menarik, seperti berikut ini :
1. Para ahli lingkungan hidup mengungkapkan bahwa penyebab terjadinya pemanasan global dewasa ini adalah menumpuknya gas rumah kaca seperti Karbondioksida (CO2), Metana (CH4), dan Dinitrioksida (N2O), di atmosfer bumi.A Yang paling besar menyumbang gas rumah kaca di udara adalah Karbondioksida. Benar atau tidak ya statement ini?
Padahal gas Karbondioksida merupakan gas normal di alam dalam jumlah melimpah. Gas ini kita hirup setiap saat, dibutuhkan juga oleh tumbuhan untuk proses fotosintesis. Di atmosfer bumi Karbondioksida berguna untuk menjaga agar bumi tetap hangat, sebenarnya molekul-molekulnya bisa menahan panas dari radiasi sinar matahari dan memantulkan radiasi itu ke luar angkasa.
Tetapi akan benar statement ini, jika jumlah karbondioksidaA  melebihi batas keseimbangan alam, suhu permukaan bumi menjadi naik, sehingga terjadi perubahan-perubahan iklim yang mengakibatkan bencana alam seperti badai, angin puting beliung, kekeringan ,dan sebagainya. Berlebihnya jumlah karbondioksida disebabkan oleh semakin menipisnya populasi tumbuhan yang berfotosintesis, sebagian besar karena adanya pembalakan liar (illegal logging).A  Asap kendaraan bermotor dan penggunaan listrik yang menggunakan minyak bumi dan batubara sebagai sumber tenaga juga bisa menjadi penyebab menumpuknya gas rumah kaca di udara. Aktivitas kita sehari-hari selalu menggunakan bahan bakar ini, naik kendaraan butuh bensin atau solar, bekerja butuh listrik yang dihasilkan dari pembangkit listrik berbahan bakar batubara, memasak butuh Elpiji. Oleh karena itu, tentu harus ada langkah-langkah penghematan konsumsi bahan bakar.
2.A  Indonesia merupakan negara nomor satu di dunia sebagai penyumbang emisi gas rumah kaca terbesar.A Benar tidak ya?
statementA itu berasal dari Josef Leitmann, Koordinator Lingkungan Bank Duniauntuk Indonesia dalam Konferensi Perubahan Iklim PBB di Bali mengutarakan, di Indonesia 84 persen dari semua emisi karbon berasal dari terutama pembalakan hutan yang menyumbang 18 persen terhadap emisi gas rumah kaca global, alih guna lahan, kebakaran hutan, dan degradasi lahan gambut. Karenanya, Indonesia merupakan negara nomor satu di dunia sebagai penyumbang emisi gas rumah kaca terbesar. Hingga terjadi perubahan iklim yang menyebabkan kekeringan hutan, naiknya permukaan air laut, dan perubahan pola hujan. Tentu saja kalau data di atas benar, harus ada solusi nyata sehingga indonesia bisa keluar dari kelompok penymbang emisi gas rumah kaca.
Salah satu jalan keluar yang hangat diperbincangkan yaituA Reduced Emissions from Deforestation and Degradation(REDD) atau Pengurangan emisi akibat Pembalakan dan Degradasi Hutan adalah sebuah usulan untuk menyediakan insentif kepada negara-negara yang telah mereduksi emisi karbon, melalui pengurangan aksi pembalakan dan degradasi hutan, merupakan cara paling efektif untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.
Kerangka kerja yang diusulkan disebut Forest Carbon Partnership Facility akan menggunakan pendekatan kebijakan sistem skala besar, insentif positip, dan menyediakan a€œmodal usahaa€ masa depan untuk mengurangi emisi dari pembalakan dan degradasi hutan, yang terbentuk dari dua mekanisme, yaitu :
Mekanisme kesiapan, yang akan mendanai pembangunan kapasitas di negara-negara yang memiliki hutan tropis dan subtropis, untuk meningkatkan kapasitas negara-negara tersebut agar bisa menggunakan sistem insentif untuk REDD di masa depan.A  Di beberapa negara tersebut, mekanisme pendanaan karbon akan dijadikan alat untuk membeli karbon yang dilakukan berdasarkan tingkat keberhasilan negara-negara itu untuk mengurangi atau menghindari emisi gas rumah kaca akibat pembalakan dan degradasi hutan.
Sektor Transportasi . Bertambahnya kendaraan dengan sangat cepat sementara ruas jalannya tidak mampu lagi menampung, menjadi masalah utama di kota-kota besar. Sehingga terjadi kemacetan lalu lintas. Ini berdampak buruk bagi kualitas udara, karena pencemaran semakin tinggi dan berkurangnya ruang terbuka hijau sebagai paru-paru kota untuk membersihkan udara. Masalahnya akan berlanjut kepada gangguan kesehatan bagi masyarakat, minimal menimbulkan infeksi saluran pernafasan.
Tetapi menurut saya, jalan keluar dari permasalahan tentang pemanasan global itu berpulang kepada kesadaran individu masyarakat. Jika kita semua mencintai bumi yang kita pijak dan kita huni, tentu seharusnya gaya hidup kita harus selaras dengan bumi, bukan merusak dan menghancurkan bumi, terlepas dari alasan entah itu kemajuan jaman dan teknologi, ataupun merusak bumi demi kepentingan orang banyak (industri) ?. Singkatnya, gaya hidup kita, seharusnyaA  gaya hidup yang ramah lingkungan agar generasi penerus kita bisa hidup sehat dan tentram di masa depan. Amien..

source

WISDOM

“Jikalau anda harus bekerja, maka bekerjalah untuk belajar. Jangan bekerja untuk uang.”

- Robert Toru Kiyosaki