TEMPO.CO | Minggu, 12 Feb 2012 | Hidup diva pop dunia Whitney Elizabeth Houston itu berakhir dramatik. Sang biduanita pelanggan Grammy Awards ditemukan tak bernyawa di lantai empat kamar Hotel Hilton Beverly, Los Angeles, Sabtu, 11 Februari 2012 pukul 15.55 waktu setempat.
Lahir di Newar, New Jersey, Amerika Serikat, 9 Agustus 1963, Whitney dibesarkan dari keluarga besar penyanyi keturunan Afro-Amerika. Cissy Houston, ibunya, adalah penyanyi gospel terkenal. Neneknya adalah Aretha Louise Franklin, diva penyanyi 'Soul' kelahiran Memphis, Tennesee, Amerika Serikat, yang menempati peringkat pertama daftar "The Greatest Singers of All Time" memenangkan 18 Grammy Awards. Tante Whitney adalah Dionne Warwick.
Merintis kariernya sebagai penyanyi gereja ketika masih kanak-kanak, Houston menjadi penyanyi latar Chaka Khan, Jermaine Jackson, ketika remaja. Dia juga sempat menjadi foto model sebelum suara emasnya menggerakkan Arista Records untuk mengontraknya.
Debutnya sebagai penyanyi kian terang ketika Clive Davis, produser ternama, melihatnya menyanyi di sebuah kelab malam di New York. Saat itu, usia Houston baru 20 tahun. Clive tergoda dan menawari Houston rekaman. "Pertama kali saya melihatnya bernyanyi adalah pada saat konser ibunya di sebuah klub. Kemampuan bernyanyi Houston sungguh mengejutkanku," kata Davis kepada Good Morning America.
Di tangan Clive, album baru Houston sukses. Ia bahkan menjadi salah seorang penyanyi wanita Afrika-Amerika pertama yang masuk dalam tangga lagu MTV, yang didominasi penyanyi rock kulit putih. Seluruh dunia menjulukinya sebagai "The Voice" karena memiliki jangkauan suara lima oktaf. Houston juga dikenal karena kemampuan penyanyi pop-gospel yang bersuara indah dan kuat.
Album debutnya menjadi album dengan penjualan tertinggi sebagai seorang penyanyi solo. Houston menduduki peringkat 1 di tangga lagu Billboard 200. Saat itu ia menjual sekitar 25 juta kopi di seluruh dunia.
Secara total, Houston merilis album dari album pertamanya yang dinamainya sendiri, Whitney Houston. Total penjualannya lebih dari 17 juta kopi album dan meraih peringkat pertama di tangga Billboard Hot 100, mematahkan rekor enam kali yang dipegang The Beatles dan Bee Gees.
Houston juga menghasilkan tiga album soundtrack dari film yang juga ia bintangi, yaitu The Bodyguard, Waiting to Exhale, dan The Preachers Wife. Ketiga soundtrack itu juga mengawali debutnya di film. Bahkan film The Bodyguard yang dibintanginya bersama Kevin Costner membuat soundtrack film itu, yang berjudul I Will Always Love You, menjadi hit internasional. Ini menjadi awal pengakuan dunia akan kekuatan vokal Houston.
Karenanya, ia menjadi pelanggan award. Houston menerima 30 penghargaan Billboard, 22 American Music Awards, dan dua Emmy Awards.
Pada 1992, Houston memutuskan menikah dengan penyanyi Bobby Brown. Pasangan ini penuh masalah, termasuk mengalami ketergantungan narkoba. Pada 2003, Brown ditahan dengan tuduhan menyerang Houston.
Suami-istri yang punya seorang putri, Bobbi Kristina, 19 tahun, ini bercerai tahun 2007. Kondisi emosional semakin memburuk dan Houston semakin sulit melepaskan diri dari narkoba. Banyak perubahan sikapnya yang cenderung kasar dan media mulai memiliki catatan buruk soal perangai Houston.
Citra Houston terpuruk setelah bersahabat dengan kokain, ganja, dan obat-obatan terlarang. Karier Houston di titik nadir. Di tahun 2009, Houston mulai mencoba kembali menata hidupnya. Ia pun menghasilkan sebuah album, I Look to You.
Album ini berhasil mendapatkan Platinum. Bahkan tahun ini Houston membintangi sebuah film berjudul Sparkle, yang merupakan pembuatan ulang film dengan judul yang sama di tahun 1967. Film ini berkisah tentang grup musik The Supremes.
Namun lagi-lagi Houston terjerat narkoba. Penjualan albumnya jeblok dan terpaksa dihentikan. Suara emasnya rusak, menjadi kering, serak, dan tak dapat lagi menjangkau lima oktaf seperti yang selama ini dia miliki. Kondisi tubuhnya pun tak lagi prima. Beberapa konsernya terpaksa ditunda. Bahkan konsernya yang di London, April 2011, disumpah serapahi pengemarnya karena dihentikan di tengah jalan.
Houston sadar penuh kariernya terancam. Tahun 2002 lalu, saat diwawancara Diane Sawyer dari ABC secara eksklusif, Houston mengakui kerepotan mengatasi kecanduannya pada obat-obatan. "Setan terbesar itu pada diri saya," kata Houston yang saat itu masih bersama suaminya, Bobby Brown. "Saya tak lagi bisa membedakan narkoba sebagai sahabat baik saya ataupun musuh terbesar saya."
Di akhir hidupnya, sebelum ditemukan tewas, Houston dikabarkan sedang mengalami krisis keuangan dan berada di ambang kebangkrutan. Sejumlah media Amerika melansir sebuah sumber yang menyebutkan Houston minta bantuan keuangan dari label rekamannya, Arista, yang sudah memberinya pembayaran untuk album berikutnya. “Keberuntungan Houston hilang. Industri musik mendukungnya dan label rekamannya memberi uang untuk album berikutnya. Tapi tidak ada yang tahu kapan album itu akan dirilis,” kata sumber.
Houston juga dikabarkan bakal kehilangan rumahnya. “Dia mungkin akan kehilangan tempat tinggal jika tidak ada orang yang menyelamatkannya,” kata sumber yang sama. Ia bahkan harus menghubungi temannya untuk meminjam uang. “Dia memanggil seseorang untuk meminjam US$ 100. Sangat menyedihkan."
Saksikan aksinya saat membawakan lagu "I will Always Love You" dan "Greatest Love of All" pada tayangan video berikut:
source