Survei ini mengungkapkan 85 persen responden memang mengaku kesulitan mengatasi keadaan pascaputus hubungan. Meski begitu, mereka mencari cara untuk memulihkan keadaan dan bukan terjebak dalam situasi tak menyenangkan.
Bahkan, fakta menunjukkan perempuan tak lantas melampiaskan emosinya kepada makanan atau sedih berkepanjangan. Justru, perempuan lebih mampu berpikir positif, melakukan langkah proaktif seperti dengan berolahraga, meluangkan waktu bersama teman-temannya, dan menghindari berhubungan dengan mantan untuk membantunya menikmati kembali masa-masa tanpa pasangan.
Berdasarkan survei tersebut, didapati sejumlah fakta di balik mitos putus hubungan ini:
1. Pengalihan emosi pada makanan. Memang benar, makanan menjadi pelarian untuk mengatasi emosi setelah putus hubungan. Namun tak sepenuhnya asumsi umum ini benar, yakni perempuan kerap mengalihkan emosi pascaputus dengan menonton film komedi romantis atau sitkom, serta mengonsumsi es krim. Faktanya, menurut survei ini, perempuan lebih memilih menikmati anggur untuk mengatasi emosinya. Cokelat berada pada urutan kedua sebagai pilihan makanan yang memunculkan suasana nyaman dan menenangkan. Makanan sehat, makanan gurih, dan es krim berada di urutan berikutnya.
2. Berat badan bertambah. Lantaran emosi dialihkan pada makanan, banyak orang yang akhirnya mengalami kenaikan berat badan akibat sering ngemil pascaputus hubungan. Lagi-lagi ini hanya mitos, karena faktanya hanya tujuh persen responden yang mengaku berat badannya bertambah. Sementara 35 persen lainnya mengaku justru lebih termotivasi latihan di gym atau memulai program diet baru. Bahkan, 84 persen responden menanggapi putus hubungan dengan cara positif, dan menganggapnya sebagai kesempatan baik untuk memperbaiki diri.
3. Bermesraan dengan mantan. Meski hubungan resmi putus, terkadang kedekatan dengan sang mantan masih seseorang merasa ingin bermesraan. Mulai hubungan telepon hingga pertemuan yang pada akhirnya memunculkan intimasi namun tanpa status pasti. Hal ini dibantah para responden, dengan data menunjukkan 81 persen responden mengaku menjalin kembali hubungan atau bahkan kemesraan dengan mantan adalah ide buruk. Cara terbaik untuk memulihkan diri sendiri adalah dengan meluangkan waktu bersama teman, olahraga, dan belanja. Kegiatan inilah yang kemudian dipilih daripada menjalin hubungan lagi dengan mantan.
4. Tetap berteman dengan mantan. Mudah diucapkan tetapi sulit dipraktikkan. Mengubah status dari berpacaran menjadi teman biasa nyatanya tak semudah itu. Apalagi di era digital seperti ini, Anda atau dia dapat mengamati situasi yang berjalan pascaputus melalui Facebook atau Twitter misalnya. Apalagi jika Anda mengetahui bahwa sang mantan kini sudah menjalani hubungan dengan pacar barunya, melalui Facebook.
Perasaan cemburu kemudian muncul, yang sebenarnya adalah petanda bahwa Anda belum bisa melupakannya, 75 persen responden menyetujui hal ini. Memperjelas status menjadi teman penting untuk dilakukan siapa pun pascaputus hubungan. Meskipun sebagian orang butuh waktu untuk menganggap sang mantan sebagai teman. Sebanyak 55 persen responden mengakui sulit untuk menerima perubahan status ini, dan mereka mengaku butuh berbulan-bulan lamanya untuk menerima status baru ini.
5. Melupakan mantan. Melupakan si dia setelah putus hubungan rasanya mustahil dilakukan. Bagaimana pun si dia pernah menjadi bagian dari perjalanan kehidupan berpasangan Anda. Sejumlah responden berpendapat, alih-alih berusaha keras melupakannya, sebaiknya bicarakan dengan sang mantan mengenai kegelisahan Anda. Dengan berbicara terbuka, Anda dapat mengatasi berbagai asumsi atau pikiran negatif pascaputus hubungan. Jika perasaan Anda lebih lega, Anda akan lebih mampu melanjutkan kembali kehidupan Anda tanpa harus melupakan sang mantan.
source