Salah
satu cara mudah mengajarkan anak mengenai pengelolaan uang adalah
dengan memberinya uang saku. Bila ketika masih balita, Anda mengajarkan
konsep uang dengan cara bermain pasar-pasaran atu sejenisnya.
Maka ketika anak bertambah usianya,
teori saja tidak akan cukup. Memberi uang saku pada anak sekolah dapat
menjadi langkah pertama dalam mengajarkan anak bagaimana mengelola
keuangan.
Dengan memberikan uang saku, anak dapat
belajar mengatur keuangannya sendiri dan menabung dari sisa uang
sakunya. Hal ini bisa dilakukan jika Anda memberikan uang saku dalam
bentuk mingguan atau bulanan.
Dengan begitu ketika anak dewasa, ia paham pentingnya menabung untuk membeli apa yang ia inginkan.
Masih banyak orangtua yang bingung
dengan jumlah uang saku yang pantas bagi anak sekolah. Meski anak sudah
membawa bekal makanan dari rumah dan mendapat fasilitas antar jemput,
uang saku tetap perlu diberikan.
Karena kadang-kadang ada saja keperluan
mendadak yang perlu dibeli anak ketika berada di sekolah. Misalnya,
membayar uang fotokopi, uang duka cita jika ada keluarga teman atau guru
yang mendapat musibah.
Sebelum memberikan uang saku, orangtua harus mempertimbangkan berapa besar jumlah uang saku yang layak dibawa anak ke sekolah.
Bila terlalu kecil malah akan
menyulitkan anak, tapi bila terlalu besar justru akan mendidik anak
menjadi boros dan jajan sembarangan. Ada beberapa faktor yang dapat
dijadikan bahan pertimbangan orangtua ketika menentukan jumlah uang saku
anak sekolah:
Ongkos transport
Bila anak mendapat fasilitas
antar-jemput, biaya ini dapat Anda coret. Tapi bila anak sehari-hari
berangkat ke sekolah menggunakan kendaraan umum, ia harus diberi uang
sejumlah ongkos yang harus dikeluarkan.
Biaya makan
Umumnya anak sekolah meski sudah
dibekali makanan dari rumah tetap saja akan membeli jajanan di sekolah
karena mengikuti teman-temannya. Apalagi dengan jadwal sekolah di
Indonesia yang cukup lama dan menguras energi, anak perlu makan lebih
dari 1 kali.
Bila tidak sempat membekali makanan dari
rumah, berikan uang dengan jumlah yang sesuai dengan tingkat harga
makanan dan minuman yang dijual di kantin sekolah.
Usia
Makin bertambah usia anak, kebutuhannya
juga semakin bertambah. Maka jumlah uang saku anak yang masih duduk di
bangku sekolah dasar akan berbeda dengan uang saku bagi anak yang sudah
SMP atau SMU. Selain itu, jarak sekolah anak yang lebih besar biasanya
lebih jauh dari rumah sehingga ia membutuhkan ongkos transport yang
lebih besar.
Aktivitas
Beberapa anak mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler atau kursus setelah pulang sekolah. Artinya, Anda harus
menambah biaya makannya dan mungkin juga tambahan ongkos transpor.
Jangan sampai putra-putri Anda kelaparan
di siang hari karena uang sakunya tidak cukup untuk membeli makan
siang. Bila anak aktif dalam organisasi sekolah, siapkan juga dana
tambahan seperti untuk uang keanggotaan, iuran wajib atau iuran
sukarelanya.
Setelah menghitung faktor-faktor di
atas, ada baiknya juga Anda membandingkan uang saku anak dengan jumlah
uang saku teman-temannya.
Gunanya untuk mengetahui apakah jumlah
uang yang Anda berikan sudah cukup atau tidak, apakah terlalu besar atau
terlalu kecil. Jumlah uang saku anak sekolah tidak bisa diterapkan
secara kaku.
Sekali-sekali mungkin anak membutuhkan
lebih, baik untuk keperluan sekolah maupun pribadi. Selama alasannya
benar dan digunakan untuk hal yang positif, boleh-boleh saja orang tua
memberikan uang lebih di luar uang saku rutin.