Pin It

Berkah Memberi

Kisah ini dialami oleh sebuah keluarga yang sangat sederhana. Pada suatu hari, pagi-pagi sekali, seorang anak lelaki sudah terbangun dari tidurnya. Tapi karena ia tidak mau mengganggu ayah dan ibunya yang disangkanya masih tertidur pulas karena kecapekan, anak itu pun tetap berbaring di tempat tidur, berpura-pura tidur. Orangtua si anak sebetulnya sudah bangun sejak tadi. Hanya saja mereka enggan melihat sinar mata kecewa sang anak karena hari ini adalah hari Kamis terakhir di bulan November. Di tempat mereka tinggal, hari itu adalah hari pengucapan syukur atau Thanksgiving. Mereka adalah keluarga tak mampu, sehingga tidak bisa merayakan hari libur besar ini dengan kado dan makanan seperti keluarga-keluarga lainnya.
Meskipun miskin, sang ayah bisa dikatakan paling anti untuk meminta-minta. Karena itulah, ia selalu menolak uluran tangan dermawan yang suka membagi-bagikan makanan untuk keluarga yang memang membutuhkan.
Hari itu tiba-tiba terdengar ketokan beberapa kali di pintu rumah mereka yang berukuran ala kadarnya. Si anak bergegas membuka pintu. Di depan pintu ternyata sudah berdiri seorang lelaki dengan satu keranjang penuh makanan dan kado di tangan kanannya. Sembari tersenyum lebar, lelaki itu menyapa, "Happy Thanksgiving Day! Saya mengantarkan keranjang ini dari seseorang untuk kalian semua. Dia berharap kalian menyadari di dunia ini masih ada orang yang memperhatikan dan menyayangi kalian."
Mendengar ucapan lelaki kurir itu, Anda pasti sudah bisa menebak reaksi sang ayah! Maka si kurir balas berkata, "Tolong jangan ditolak.. karena saya cuma seorang kurir."
Dengan masih tersenyum lebar, lelaki itu mengulurkan keranjang ke tangan si anak. "Sekali lagi, Happy Thanksgiving Day!" Setelah berkata begitu, ia berlalu.
Kejadian ini ternyata sangat menyentuh hati sanubari si anak, sehingga terus dikenangnya sampai ia beranjak dewasa. Pengalaman mengharukan ini juga turut mempengaruhi kehidupan si anak di kemudian hari. Saat dewasa, ia menjadi seorang dermawan yang gemar membantu orang lain. Meskipun penghasilannya terbatas, si anak yang sudah dewasa ini selalu membeli makanan dalam jumlah banyak. Bahkan, ia sendiri yang mengantarkan bingkisan makanan itu ke rumah-rumah orang miskin.
Saat mengantar, ia selalu berkata, "Saya hanya seorang 'kurir' yang dimintai tolong untuk mengantarkan bingkisan makanan ini. Orang yang memberi bingkisan ini menitip pesan, 'jika suatu hari kalian mampu, jangan lupa untuk membantu orang lain yang lebih memerlukan.'"
Setiap kali habis membagi-bagikan "keranjang berkah", rasa bahagia selalu menyusup di hatinya. Dan beberapa tahun kemudian sesudah melewati perjuangan luar biasa, ia menjadi penasihat presiden dan motivator terkenal. Dialah Anthony Robbins.
Dari pengalaman kisah hidup Robbins ini, kita bisa mengambil satu pelajaran penting dalam hidup: Jika ingin menjadi orang yang bahagia, janganlah hanya menerima. Perbanyaklah mengucap syukur dan memberi kepada mereka yang memang membutuhkannya.

sumber

WISDOM

“Jikalau anda harus bekerja, maka bekerjalah untuk belajar. Jangan bekerja untuk uang.”

- Robert Toru Kiyosaki