"Tidak hanya terjadi di Indonesia. Di Asia Tenggara seperti Thailand dan Filipina, fenomena ini sering dijumpai. Namun untuk di negara Barat saya belum melihat itu," ujar dr Prianto Djatmiko, SpKJ dari RS Jiwa Soeharto Heerdjan saat dihubungi detikHealth dan ditulis Rabu (23/1/2013).
dr Prianto menuturkan kesurupan adalah bagian dari suatu gangguan konversi atau disosiatif yang merupakan gangguan jiwa neurotik. Meski begitu fenomena ini bisa diatasi secara medis.
Beberapa waktu lalu kasus kesurupan juga pernah dilaporkan terjadi di kota Milan, Italia. Kasus kesurupan di kota tersebut terbilang langka dan baru karena belum pernah terjadi sebelumnya.
Hal ini menunjukkan kesurupan umumnya tidak hanya terjadi di Indonesia saja, meski begitu pada beberapa negara tertentu kasus ini seringkali tidak terpublikasi ke luar.
Sementara itu Psikiater Prof Dr dr Dadang Hawari, SpKJ mengungkapkan kesurupan adalah suatu reaksi bentuk gangguan jiwa yang ringan karena stres atau akibat adanya tekanan kehidupan. Sedangkan kesurupan yang menjadi kepercayaan tradisional sepertinya hanya terjadi di Indonesia.
"Reaksinya dapat teriak-teriak dan menular dalam bentuk mempengaruhi yang lain. Misalnya di kelas orang tertekan karena pelajaran, 1 orang kesurupan lalu diikuti dengan yang lain," ujar Prof Dadang.
Prof Dadang menjelaskan kesurupan hanya semacam histeris yang bisa mempengaruhi atau menular ke orang yang tersugesti tanpa ada dampak fatal. Kondisi ini seperti halnya fenomena latah.
"Kesurupan bisa juga dikaitkan dengan adanya transisi dari masyarakat agraris ke masyarakat industri, karena perubahan terjadi begitu cepatnya dan orang-orang berubah dan tidak seperti yang diharapkan," tutur Prof Dadang.
Secara global peristiwa kesurupan dipengaruhi oleh faktor psikososial dan lingkungan yang terdiri atas faktor biopsikososial (seperti tekanan dalam bentuk sugesti) dan faktor sosiokultural (kepercayaan masyarakat mengenai unsur mistis).
sumber: detikcom